MAMPUKAN TRAINING MENCIPTAKAN PERUBAHAN DI ORGANISASI?
Ubaydillah Anwar | Heart Intelligence & Soft Skills Specialist
Pendapat yang menjawab pertanyaan di atas, memang ada dua. Ada yang pesimis dan ada yang optimis. Tapi bagaimana praktik yang terjadi di lapangan sebenarnya; apakah perubahan itu benar-benar terjadi atau hanya klaim?
Training dapat dipastikan mampu menciptakan perubahan, tapi skalanya di level pribadi. Perubahan di level ini memang beragam. Ada yang berubah di level pengetahuan saja, pengetahuan plus sikap, dan pengetahuan, sikap, lalu perilaku (cara kerja). Ini tergantung orang, materi, dan konteks lain.
Bahkan untuk materi soft skills tertentu, misalnya kolaborasi atau memimpin, proses perubahan tak jarang harus mengikuti hierarki Taxonomi Bloom. Dimulai dari Mengingat, Memahami, Mengaplikasikan, Menganalisis, Mengevaluasi, dan Menciptakan.
Perubahan di level ini pun dengan catatan. Saya kerap menyampaikan bahwa sejauh seseorang mencerna proses pembelajaran, pasti training ini akan menciptakan perubahan. Tapi jika kegiatan mencerna tersebut dimatikan, misalnya menolak atau menerima dengan setengah-setengah, ya sudah pasti perubahan sulit terjadi.
Mencerna berarti seseorang menerima dulu lalu mengolahnya di dalam diri dengan cara mengaitkan, menambah, menyesuaikan, memperdalam, dan seterusnya. Mencerna berarti seseorang menaruh emosi positif terhadap kegiatan training karena menyadari kegunaan atau kepentingannya. Emosi positif adalah cara untuk mengaktifkan gelombang Gamma dalam otak. Gamma merupakan aktivitas otak tercepat dalam menjalankan tugas kognitif.
Tanpa mencerna, ajaran kitab suci pun tak bisa mengubah manusia. Tanpa mencerna, materi yang dihafal di otak manusia akan hilang dalam sekejap. Praktik membuktikan bahwa materi pelajaran yang sudah dihafal susah-susah untuk ujian, hilang begitu saja ketika ujian sudah selesai.
Lalu kapan perubahan yang dihasilkan training itu terjadi pada tim atau kelompok? Untuk materi teknis dengan standar yang jelas, biasanya mudah terjadi sejauh proses training berjalan interaktif atau terjadi hubungan yang saling bergantung di antara mereka.
Namun untuk materi soft skills tertentu, komunikasi dan leadership misalnya, perubahan terjadi secara bertahap sejauh di dalam tim/kelompok tersebut ada kepemimpinan yang concerns terhadap perubahan. Tanpa kepemimpinan yang kuat, perubahan masih sulit diharapkan.
Bagaimana dengan perubahan organisasi? Perubahan yang berskala organisasi sangat variatif di awal. Ada yang berubah hanya di level pengetahuan, atau pengetahuan dan sikap, bahkan ada yang sampai ke perilaku di beberapa orang. Namun untuk menghasilkan perubahan yang masif dan maksimal, tentu training saja tidak cukup. Harus diikuti dengan regulasi, standar, atau manajemen kinerja yang kuat, sosok pemimpin, dan iklim yang mendukung.
Perubahan memang tidak selamanya menghasilkan perbaikan, tetapi semua perbaikan menuntut perubahan.